Setelah penantian panjang selama 14 tahun, ekonomi Indonesia kembali meraih peringkat layak investasi menurut penilaian Fitch. Fitch Rating menaikkan peringkat surat utang Indonesia dari BB+ menjadi BBB-atau investment grade level. Kinerja perekonomian Indonesia yang tinggi dan tahan terhadap krisis menjadi alasan Fitch menaikkan peringkat, tetapi masih terdapatsejumlah permasalahan struktural yang disoroti. Eropa dan AS justru mengalami penurunan peringkat utang. Dengan kenaikan ini, Indonesia dianggap mampu untukmelunasi utang dan memberi dampak positif kepada perekonomian melalui aliran dana yang masuk ke Indonesia.
Beberapa alasan peningkatan peringkat versi Fitch. Pertumbuhan PDB Indonesia melebihi proyeksi Fitch yang memperkirakan rata-rata PDB Indonesia tumbuh tidak lebih dari 6% hingga tahun 2013. Indonesia dapat mempertahankan keseimbangan eksternal dan tidak bergantung pada pendanaan eksternal jangka pendek sehingga membuat likuiditas eksternal lebih kuat. Selain itu, tren rasio utang terus turun dari 26% pada tahun2010 menjadi 25% pada tahun 2011. Namun, kondisi struktural di Indonesia saat ini jauh di bawah rata-rata negara Investment Grade yaitu: pendapatan perkapita sebesar USD 3,600 dari rata-rata USD 9,800;penerimaan fiskal terhadap PDB 17% dari rata-rata 33%;pasar keuangan yang dangkal sehingga jika terjadi sentimen negatif membuat pasar modal kering secara cepat; infrastruktur yang belum cukup memadai untuk menunjang sektor riil; dan masalah korupsi dimana IPK masih 3 dari rata-rata 5,8.
Investment Grade diperkirakan akan meningkatkan FDI sebesar 1% terhadap PDB atau sekitar USD 9 miliar.Aliran dana ini akan meningkatkan likuiditas, sehingga membuka peluang bagi perbankan untuk menurunkansuku bunga. Cost of borrowing menjadi lebih rendah dan dapat dimanfaatkan sektor riil melalui pengembangan infrastruktur dengan tujuan pertumbuhan di sektormanufaktur. Selain itu, Investment Grade membuat volatilitas Rupiah lebih mudah untuk dikendalikan karena sifat capital inflow berubah dari jangka pendek menjadi spekulatif jangka panjang.
Sumber : Berbagai Sumber